Gubernur Minta Bupati/Wali Kota Berimprovisasi “Sukseskan Mudik 2019”

DIALOGRAKYAT, BANDUNG – Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meminta para bupati/wali kota dan para kepala dinas perhubungannya berimprovisasi dalam menyukseskan aktivitas mudik Lebaran 2019 ini.

Salah satu hal yang bisa dilakukan khususnya untuk mengurangi kemacetan adalah membuat rest area baru dengan memanfaatkan fasilitas jembatan timbang.

Gubernur mengatakannya usai Rapat Koordinasi Angkutan Lebaran Tahun 2019 Bidang Lalu Lintas bersama Kementerian Perhubungan Republik Indonesia dan Korps Lalu Lintas Kepolisian Republik Indonesia di Aula Barat Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Selasa (7/5/19).

“Kami perintahkan juga rest area-rest area untuk dibangun sementara. Pak Menteri (Perhubungan) sudah berbaik hati, semua jembatan timbang akan dihentikan (operasional) selama masa mudik dan dikonversi menjadi rest area yang menjual kuliner UKM produk desa atau wilayah setempat,” kata Emil – sapaan akrab Ridwan Kamil.

“Sehingga konsep (mudik tahun ini) Guyub Rukun dan Selamat tercermin dari ukuran berkurangnya kecelakaan, lancarnya proses arus mudik, dan ekonomi bermanfaat kepada wilayah-wilayah yang dilalui pemudik,” tambahnya.  

Untuk itu, Emil juga mengimbau pemudik tak menggunakan sepeda motor agar tingkat kecelakaan berkurang. “Pemudik kami imbau mengurangi pemotor. Kalaupun naik motor terpaksa maksimal 100 kilometer jaraknya, sehingga mengurangi potensi kelelahan luar biasa,” saran Emil.

“Khusus yang (jalur mudik) non tol, kami sudah perintahkan agar tidak ada pasar tumpah, mengompensasi delman-delman yang mungkin memacetkan, mengurangi orang nyeberang dengan bikin pembatas jalan, membuat rute-rute tambahan. Intinya berimprovisasi lah para kadishub dan kepala daerah tapi dengan terkoordinasi kepada pemerintah wilayah, kementerian, dan kepolisian,” jelasnya.

Di tempat yang sama, Kepala Dinas Perhubungan Jawa Barat Hery Antasari mengaku sedang menyiapkan sarana dan prasarana yang akan digunakan untuk Angkutan Lebaran 2019.

“Sampai saat ini H-28 secara umum kami sudah menyiapkan segala sesuatunya untuk persiapan angkutan Lebaran 2019. Tetapi di sisa waktu sampai H-7 nanti, kami masih melakukan persiapan dan penyempurnaan terkait dengan posko, fasilitas lalu lintas, rambu-rambu, dan lainnya sedang kami siapkan,” kata Hery.

Hery menyatakan, berdasarkan data Badan Litbang Kementerian Perhubungan (Balitbanghub) kebutuhan kendaraan untuk mudik tahun ini diprediksi meningkat 10-12 persen. Namun jumlah armada di Jabar sudah mencukupi.

“Tetapi sarananya sudah mencukupi baik bus, kereta api — karena sebagian besar juga ada yang pakai mobil pribadi. Itu sudah mencukupi, tinggal sekarang isunya adalah bagaimana menjaga keselamatan dan kelancaran selama arus mudik dan arus balik,” jelas Hery.

Ketersediaan angkutan Lebaran 2019 di Jabar mencakup armada di terminal, bandara, pelabuhan, dermaga, dan stasiun kereta api. Rinciannya bus Antar Kota Antara Provinsi (AKAP)  dan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) 4.200 unit dengan estimasi 63.404 penumpang per hari.

Sementara kereta api 164 rangkaian KA dengan 67.010 penumpang/hari, angkutan udara 66 penerbangan (11.272 penumpang/hari), serta ASDP dengan 953 unit kapal dengan 16.224 penumpang/hari.

Jumlah rumah tangga mudik Jabodetabek diprediksi berjumlah 3.545.458 KK, dengan pemudik berjumlah 14.901.468 atau 44,1 persen dari total jumlah penduduk di Jabodetabek.

Provinsi tujuan mudik adalah Jawa Tengah sebanyak 5.615.408 orang (37,68 persen), Jawa Barat 3.709.049 orang (24,89 psersen), dan Jawa Timur sebanyak 1.660.625 orang (11,14 persen).

Sementara moda terbanyak yang akan digunakan adalah bus untuk melayani pemudik sebanyak 4.459.690 orang (30 persen), mobil pribadi 4.300.346 orang (28,9 persen), kereta api 2.459.690 orang (16,7 persen), pesawat terbang 1.411.051 orang (9,5 persen), dan sepeda motor sebanyak 942.621 orang (6,3 persen).

Puncak arus mudik tahun ini diperkirakan akan terjadi pada H-5 atau 31 Mei 2019, dan puncak arus balik diperkirakan akan terjadi pada H+3 atau 9 Juni 2019.

Tarif Batas Atas Tiket Pesawat

Salah satu yang menjadi keresahan para pemudik tahun ini adalah harga tiket pesawat terbang yang mahal, bahkan pada kelas ekonomi sekali pun. Menanggapi ini, Menteri Perhubungan RI Budi Karya Sumadi mengungkap dirinya dapat arahan dari Menko Perekonomian agar mengkaji terlebih dahulu penuruan tiket pesawat ini, meskipun dasar hukum untuk menurunkan tarif sudah ada.

Untuk itu, dalam waktu dekat Kementerian Perhubungan akan mengumpulkan stakeholders terkait terutama maskapai penerbangan untuk memastikan penurunan batas atas tiket pesawat.

“Saya mendapatkan amanah dari Menko Perekonomian untuk melakukan pembelajaran lagi tentang detail-detail apa yang bisa dilakukan untuk penurunan. Tampaknya dasar hukum tentang penuruan ada, sehingga kita mengumpulkan stakeholders,” ungkap Budi.

“Kami tidak akan gegabah menurunkan tetapi ada orang yang masalah. Tapi sudah bisa dipastikan ini akan kita lakukan penuruan batas atas,” katanya. (*)

Komentar