Mulai Terjun Dunia Usaha, Konsistensi Sangat Dibutuhkan

Di usia yang muda, memulai bisnis menjadi suatu hal yang sangat menarik dan patut diapresiasikan. Tak heran, jika saat ini banyak mahasiswa memulai bisnis pertamanya di usianya yang masih muda.

Berawal dari sebuah motivasi ketika melihat informasi di media mengenai seorang mahasiswa jurusan Teknik Sipil mencoba membangun usaha di bidang budi daya tanaman, membuat hati Josua Ferdi tergerak untuk mencoba usaha tersebut. Dirinya tak ingin kalah dengan itu, ia merasa sebagai mahasiswa yang berasal dari jurusan Budi Daya juga harus lebih berani membangun usaha sesuai bidangnya tersebut.

Josua Ferdi dengan ketiga temannya mulai membangun usaha jamur tiram. Awalnya, hanya mencoba membuat sedikit baglog jamur tiram dengan perbedaan bahan-bahan yang digunakan pada umumnya.

“Kebetulan saya kan berasal dari jurusan Budi Daya Kelapa Sawit. Jadi, saya ingin membuat alternatif bagi mereka yang tinggal di area perkebunan kelapa sawit yang ingin mencoba menanam jamur tiram supaya tidak menggunakan serbuk kayu saja sebagai medianya.” Ujar Josua.

Menurut Josua, bagi mereka yang tinggal di area perkebunan kelapa sawit tentu akan sulit mendapatkan serbuk kayu. Oleh karena itu, pada percobaan pertama ia membuat media alternatif dalam proses pembuatan baglognya masing-masing dengan menggunakan tankos sawit, fiber sawit, dan serbuk kayu guna mendapatkan masing-masing perbedaan hasilnya.

Dengan media berbeda, hasil jamur tiram pun tetap sama-sama tumbuh. Namun, berdasarkan hasil percobaan dan penelitian Josua, hasil yang lebih baik dengan menggunakan tankos sawit, kedua fiber sawit dan terakhir menggunakan serbuk kayu.

Terbatasnya tumbuhan sawit di daerah kampus dan indekosnya, Cibuntu, Cibitung Bekasi, maka pada tahap pembuatan baglog jamur tiram selanjutnya menggunakan serbuk kayu yang didapatkan dari tempat pemotongan kayu di dekat kampusnya.

Dalam proses penanaman jamur tiram tersebut, tentu banyak kesulitan yang dihadapi Josua dan teman-temannya. Tak hanya itu, kegagalan dalam menanam jamur tiram juga sempat ia alami. Namun, dari kejadian tersebut Josua meninjau kembali dari proses tahap awal hingga akhir guna mencari tahu hal apa yang menyebabkan jamur tiram tersebut tidak dapat tumbuh atau gagal.

Tak ada kata takut dalam kamus berbisnis Josua. Setelah mendapati penyebab kegagalan hal itu, Josua langsung mencoba penanaman jamur tiram kembali dengan skala besar, yaitu dengan membuat 300 baglog jamur tiram dan dibutuhkan waktu sekitar tujuh bulan untuk mendapatkan hasilnya.

Foto Oleh Carla J.D

Berkat bantuan dari Ibu kos Josua yang memberikan lahan untuk membuat kumbung dan dukungan dari masyarakat sekitar, sehingga usaha Josua mulai semakin maju. Tak hanya kumbung yang sudah dibuat, tempat-tempat lainnya juga sudah tersedia, seperti tempat sterillisasi, ruang inokulasi bibit dan lainnya.

Jamur tiram bisa dipanen dalam waktu sekitar dua hari setelah menunggu sekitar satu bulan misellium jamur tumbuh pada baglog. Josua dan teman-temannya menjual hasil panen jamur tiramnya kepada pedagang-pedagang sayur dan ibu-ibu di sekitar indekosnya.

Hasil panen jamur tiram juga Josua manfaatkan dengan membuat jamur krispi. Jamur krispi tersebut ia jual kepada teman-temannya di kampus. Selain itu, dia dan teman-temannya pun membuat tepung jamur tiram dari jamur tiram yang sudah dikeringkan.

Dengan terjun ke dunia usaha seperti ini, menurut Josua hal yang sangat dibutuhkan adalah sebuah konsistensi. “Kalau kita masih dalam masa skala penelitian, kita masih bisa santai. Tetapi, kalau kita sudah mulai turun ke dunia usaha kita harus konsisten untuk tetap menjalani usaha, karena setiap tahapnya saya punya target lebih banyak untuk membuat baglognya agar produksinya selalu bertambah.” jelasnya.

Dalam menjalani usahanya, Josua mengaku usahanya ini tidak akan mengganggu masa perkuliahannya, karena usahanya ini dikelola oleh Josua dan ketiga temannya yang masing-masing sudah mempunyai bagian dan tugasnya sendiri. (Carla Josefina D/Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta)

Komentar