Kalau membahas soal tinta, pasti yang ada dalam pikiran kalian adalah tinta pulpen dan tinta spidol. Tapi tahu ngga sih, ternyata ada banyak loh jenis tinta dengan penggunaan dan hasil yang berbeda-beda, seperti pembahasan kuliah umum yang diadakan oleh prodi TICK beberapa waktu lalu.
Program Studi Teknik Industri Cetak Kemasan (TICK) dengan gelar D4, Jurusan Teknik Grafika dan Penerbitan, Politeknik Negeri Jakarta, merupakan satu-satunya yang ada di Indonesia. Program studi TICK telah berdiri dari tahun 2015, tahun ini baru meluluskan alumni angkatan pertamanya pada bulan September lalu.
Memang belum banyak yang tahu mengenai program studi TICK ini, padahal prospek kerjanya mencakup cukup luas, seperti RnD (Research and Development), marketing, engineering, dan packaging development.
Membahas kemasan pasti erat hubungan dengan percetakan yang juga melekat peran tinta di dalamnya.
Tinta merupakan suatu cairan berwarna yang terbuat dari bahan pigment (zat warna), resin (zat pengikat), additive (zat tambahan), dan solvent (zat pelarut). Dalam sejarah dunia, tinta sudah ada sejak 5000 tahun lalu yang ditemukan oleh bangsa Tiongkok. Saat itu penggunaan tinta hanya sebatas menulis, baik dalam bentuk tulisan biasa maupun kaligrafi.
Disaat zaman mulai berganti, keperluan dan kebutuhan manusia terus bertambah, apalagi hadirnya 4.0 di tengah masyarakat modern membuat perkembangan tinta semakin pesat. Kini tidak hanya menjadi kebutuhan saat menulis saja, tetapi juga menjadi inti sari dalam percetakan.
Belum lama ini, program studi Teknik Industri Cetak Kemasan, mengadakan kuliah umum yang bertemakan tinta dengan judul “Tinta Rotogravure pada Flexible Packaging”.
Rotogravure atau cetak dalam merupakan salah satu dari 5 teknik cetak yang ada, yaitu flexography (teknik cetak tinggi), sablon, offset (teknik cetak datar), dan digital. Kelima teknik tersebut tentu menggunakan jenis tinta yang berbeda sesuai dengan tata cara pemakaiannya pada teknik cetak masing-masing.
1. Rotogravure
Jenis tinta yang dipakai oleh Rotogravure cenderung lebih cair dari jenis tinta cetak lainnya karena menggunakan basis Solvent atau zat pelarut. Produk yang dihasilkan oleh teknik cetak ini adalah label Teh Pucuk Harum, Beng-beng, Air mineral, dll.
2. Offset
Berbeda dengan Roto, teknik cetak Offset tintanya lebih kental karena menggunakan pelarut yang lebih sedikit. Contoh produk dari teknik cetak ini, seperti buku, poster, brosur, kalender dan kemasan (khusus folding box).
3. Flexography
Untuk teknik cetak yang satu ini mempunyai tiga jenis tinta, yaitu solvent base, water base, dan UV base. Yang tingkat kecairan lebih kental dari roto tapi jauh lebih encer dari offset. Contoh produknya adalah kemasan Susu Ultra dan botol body lation.
4. Sablon
Sablon merupakan teknik yang paling banyak jenis tintanya, yaitu plastisol, rubber, superwhite, tinta foam dan tinta glow in the dark. Contoh hasil produk teknik cetak yang satu ini biasanya di kain, plastik, dan kertas.
5. Digitial
Jenis tinta digital cukup unik karena bentuknya serbuk bukan cairan seperti pada umumnya atau biasa disebut toner. Contoh produk yang dihasilnya adalah label air mineral dalam botol.
Walau keberadaan TICK masih asing di telinga masyarakat luas, tapi tidak membuat Kepala Prodi Studi Teknik Industri Cetak Kemasan, Muryeti,S.Si.,M.Si pesimis,“Ini kan memang prodi baru. Banyak yang belum kenal. Oleh karena itu, kami sering mengikuti seminar di luar yang tujuannya juga untuk memperkenalkan prodi TICK kepada masyarakat.”
Ucapan senada juga di sampaikan oleh Afdhallul Fikri mahasiswa semester 5 prodi TICK, “Untuk menjadi populer tentu semuanya butuh tahapan, step by step karena berhubung prodi ini baru berdiri tahun 2015 lalu, namun walaupun begitu prodi TICK pasti akan selalu mengejar seiring berkembangnya kemajuan teknologi di era 4.0 ini.”
Afdhallul juga menambahkan, kemasan di era sekarang ini menjadi kebutuhan hampir setiap orang, apalagi sebuah perusahaan yang menjadikan kemasan sebagai altenatif untuk menarik perhatian konsumen.
(Anita Rahim/ Politeknik Negeri Jakarta)
Komentar