DIALOGRAKYAT, BANDUNG–Pemerintah Provinsi Jawa Barat menandatangani kerja sama dengan perusahaan pengolahan sampah plastik asal Inggris Plastic Energy Limited untuk mengubah plastrik menjadi solar. Rencananya pengolahan sampah model ini akan diterapkan di enam kota Jawa Barat.
Penandatanganan kesepakatan bersama dilakukan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dengan Kirk Evan mewakili Plastic Energy, di Gedung Pakuan, Jalan Cicendo, Kota Bandung, Kamis (28/3/19).
Gubernur Ridwan Kamil mengungkapkan, Plastic Energy merupakan perusahaan lingkungan terbaik dan terbesar di Inggris yang berminat mengajak Pemprov Jabar memerangi sampah plastik menjadi bahan bakar solar.
“Mereka berminat mengajak kami memerangi sampah plastik menjadi berguna. Kita tahu Indonesia dikenal sebagai penyumbang sampah plastik ke lautan,” kata Gubernur yang akrab disapa Emil.
Enam kota dipilih karena memiliki produksi dan konsumsi plastik yang cukup tinggi. Enam kota itu yakni Kota Bandung, Bogor, Bekasi, Depok, Cirebon, dan Kota Tasikmalaya.
“Sudah disepakti teknologi pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar solar ini akan diterapkan di Jabar. Kota Bandung, Bogor, Bekasi, Depok, Cirebon dan Tasikmalaya yang produksi sampah rutinnya sangat banyak dan konsumsi plastiknya tinggi,” jelasnya.
Menariknya, Plastic Energy akan menghibahkan dana sebesar 20 juta dolar atau sekitar Rp280 miliar. Dana ini untuk studi kelayakan yang akan dilakukan pada Agustus 2019 sampai Maret 2020. Dengan begitu penerapan teknologi pengolahan sampah plastik ini akan dimulai pada Maret 2020.
“Akan studi kelayakan dulu hingga Maret 2020, setelah itu kita akan mulai memproses,” ujar Emil.
Selain sebagai percontohan green development di Indonesia, proyek ini juga ada sisi bisnisnya. Total investasi pada proyek tersebut mencapai 200 juta dolar atau sekitar Rp2,8 triliun.
“Ini menunjukkan Jabar di mata dunia dilihat sebagai provinsi yang pro bisnis yang juga melahirkan mutual benefit yang juga terhadap lingkungan,” kata Emil.
Krik Evan menjelaskan, dari 1 kilogram sampah plastik yang diolah akan menghasilkan 0,8 liter solar. Sampah plastik yang diolah adalah sampah plastik rumah tangga dan makanan. Sementara, area untuk pengolahan ini membutuhkan luas 1 hektare.
“Sampah plastik rumah tangga dan bungkus makanan, itu yang kita olah,” ucapnya.
Alasan Jawa Barat yang dipilih, menurutnya karena Gubernur Ridwan Kamil memiliki komitmen yang kuat memerangi sampah plastik. Setelah berhasil akan diterapkan di provinsi lain di Indonesia dan Jabar menjadi pilot project.
“Kita pilih Jabar karena Pak Ridwan sudah berkomitmen kepada saya untuk pengolahan sampah plastik dan ada satu potensi agar bisa menjadi contoh untuk provinsi lain di Indonesia,” tutur Evan.
Jabar menjadi satu-satunya daerah di Asia yang menerapkan teknologi pengolahan sampah plastik ini. (yan/hms)
Komentar